Thursday, March 7, 2013

Fwd: mas, aku nyumbang ya

BI/wawancara
Irvin Avriano A.
Bisnis Indonesia

Industri reksa dana dan tantangan Schroder


Investasi di pasar modal semakin terlihat menjanjikan di tengah potensi pertumbuhannya, begitu juga dengan produk investasi dan reksa dana di dalam negeri yang dikelola manajer investasi. Seperti halnya posisi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berkali-kali menembus rekor tertingginya hingga 4.811 awal bulan ini, dana kelolaan industri reksa dana juga turut tumbuh hingga Rp183,2 triliun per akhir Februari.

Bagaimana posisi dan strategi perusahaan fund manager berdanakelolaan terbesar di Indonesia, PT Schroder Investment Management Indonesia, menghadapi tantangan zaman dan persaingan yang semakin ketat? Berikut petikan wawancara Bisnis Indonesia dengan Michael Tjandra Tjoajadi, Direktur Utama Schroder Indonesia.

Bagaimana kondisi Schroder Indonesia sekarang?
Kami masih yang pertama dan merupakan perusahaan dengan rekor terpanjang di posisi pertama di industri pengelolaan investasi, sejak 2005 ketika krisis reksa dana hingga sekarang. Pencapaian itu tidak lepas dari konsistensi filosofi investasi dan proses investasi yang didukung pengontrolan risiko dan compliance (kepatuhan) yang  diterapkan sama di semua Schroders di dunia dan disiplin terhadap semua prinsip.


Kenapa dana kelolaan bisa turun? (Pusat Informasi Reksa Dana OJK menunjukkan dana kelolaan reksa dana Schroder Indonesia turun dari posisi tertinggi Rp44,9 triliun per akhir 2011 hingga Rp38,3 triliun per Januari tahun ini).

Turunnya dana kelolaan karena kami memang sedang memfokuskan diri pada konsolidasi untuk jangka panjang di dalam perusahaan kami dalam menghadapi tantangan di kemudian hari. Kita semua tahu bahwa Asean Economic Community akan segera kita hadapi dan untuk itu kami perlu mempersiapkan perusahaan untuk menghadapinya agar dapat bersaing bukan hanya di tingkat lokal tetapi juga di tingkat internasional.

Kami juga mengakui tahun lalu memang ada penurunan kinerja beberapa fund (reksa dana) yang underperform (lebih rendah) dari acuan, tetapi sebenarnya masih tetap memberikan kinerja yang positif. Untuk kinerja fund, kami menilai itu merupakan hal biasa untukunderperform atau outperform (lebih tinggi dari acuan). 

Sejak kami mengelola dana pada 1992, underperform ataupun ourperform merupakan sesuatu yang memang harus dihadapi dan semua manajer investasi pasti mengalami hal tersebut. Tetapi kami bangga bahwa track record kami menunjukkan bahwa kinerja kami yangoutperform pasar jauh lebih banyak dibandingkan kinerja kami yang underperform pasar. Jadi kalau ada underperform di dalam kinerja kami, kami anggap sebagai suatu pembelajaran yang kami terima untuk kami dapat berbuat lebih baik lagi.  

Apakah ada masalah?
Tidak ada masalah. Target utama bukan pangsa pasar di industri saja karena porsi kami sudah sangat besar (posisi akhir Februari 21,18%) dan justru untuk membidik target jangka panjang yaitu memberikan kepuasan bagi investor.

Target AUM kami saja tahun ini masih flat karena masih fokus pembenahan internal. Pembenahan ini kami perlukan setelah dalam 10 tahun terakhir kami bertumbuh dengan sangat pesat. Dari AUM sebesar Rp1 trilliun di reksa dana dan sekarang ini telah mencapai Rp38,3 Trilliun, belum ditambah dari produk kami yang lain.  Kami sedang fokus pada investor yang berkualitas. Pembenahan internal juga kami lakukan, hanya demi kepuasan investor kami.

Apa penyebab kinerja reksa dana tahun lalu tidak setinggi acuan?
Ada beberapa saham dalam portofolio yang fund manager kami yang tidak bertumbuh sesuai dengan penilaian awal. Hal itu membuat kinerja keseluruhan kami reksa dana saham kami di bawah dari indeks acuannya. Namun kami juga mencatat bahwa reksa dana lain seperti reksa dana Schroder Dana Syariah Balance  mengalami kinerja yang sangat baik di mana reksa dana ini dapat tumbuh sebesar lebih dari 12,5 % di tahun lalu. Jauh lebih baik dibandingkan dengan kinerja acuannya.

Memang ada omongan 'miring' yang menduga kami berhubungan atau membela emiten dari grup tertentu yang sahamnya masuk portofolio beberapa fund kami.  Itu dapat kami tegaskan tidak ada dan tidak benar. Kami dalam mengelola dana bertindak independen, bahkan dari kantor global maupun regional.

Yang ada hanyalah penilaian masing-masing individu fund manager di perusahaan kami, dan itu tidak ada yang salah. Kalau nanti berganti portofolionya juga atas penilaian independen.

Apa saja pembenahan internal perusahaan?
Dari sisi produk yaitu me-review kembali produk kami, dari sumber daya manusia dengan meng-hire dua analis tahun ini dan dua dealertahun lalu, serta merapikan teknologi informasi kami dengan menggunakan sistem Charles Rivers untuk investasi dan Omgeo Oasys untuk back office. Untuk Omgeo, kami adalah perusahaan manajer investasi pertama yang menggunakannya di Indonesia.

Pembenahan IT dilakukan untuk meminimalisir campur tangan manusia pada proses investasi sehingga potensi kesalahan akibat kesalahan manusia semakin kecil. Itu yang bisa kami tawarkan sebagai unggulan kepada investor nanti begitu konsolidasi kami selesai dan nanti bisa melesat.

Ada anggapan fund Schroder Indonesia terlalu besar sehingga tidak gesit? Ada juga usul agar didiversifikasi atau dikopi menjadi beberapa produk agar bisa lebih mudah bergerak?
Fund kami memang besar. Schroder 90 Plus Rp2,39 triliun, Schroder Dana Istimewa Rp2,78 triliun,  dan Schroder Dana Prestasi Plus Rp9,03 triliun.

Namun, anggapan fund terlalu besar tersebut sudah ada sejak 2007 dan fund kami masih menilai bahwa besarnya dana tersebut masih wajar dan kinerja sejak tahun 2007 masih bagus. Kami masih outperform pasar di tahun 2007 sampai 2009 berturut turut bahkan juga di tahun 2011. Pada saat fund-nya kecil, tentu inginnya menjadi besar, dan menjadi besar itu tak gampang. Hingga saat ini belum ada fund yang sebesar milik kami.

Ada strateginya sendiri untuk mengelola fund sebesar itu. Kami sudah terbiasa terutama dengan manajemen kami yang mayoritas masih kompak sejak perusahaan didirikan sejak 1991 hingga sekarang.

Harapannya?
Saat ini kami akui memang menjadi yang terbesar tidak mudah, karena semakin tinggi posisi semakin kencang tantangan dan cobaannya. Cobaan itu dari yang paling ringan yaitu mencoba meminang manajemen untuk ke perusahaan lain hingga berusaha menjelekkan kami baik secara korporasi maupun individu di mata investor.

Kami masih akan melanjutkan edukasi dan sosialisasi, terutama sebagai agent of education. Mungkin edukasi itu pun masih kurang seiring waktu, karena itu akan semakin ditambah terutama dengan memanfaatkan teknologi dan arus informasi sosial media terkini, sekaligus sebagai sosialisasi industri serta strategi pemasaran perusahaan.

Kami juga mengharapkan media mejadi sarana untuk menilai kami atas apa yang telah kami lakukan sejak berdirinya perusahaan ini di tahun 1991 sampai sekarang. Perusahaan kami konsisten dengan prinsip kami, demikian juga faktor individu dalam perusahaan kami yang juga memiliki rekam jejak yang baik dan telah terbukti.

No comments:

Post a Comment