Thursday, December 29, 2011

29-market-IAA-Smartfren rights issue Rp1,33 triliun setelah reverse stock

BI/market
29/12/2011
Irvin Avriano A.
Bisnis Indonesia

Smartfren rights issue Rp1,33 triliun setelah reverse stock

JAKARTA: PT Smartfren Telecom Tbk, emiten telekomunikasi Grup Sinar Mas, akan menggelar penawaran umum terbatas (PUT/rights issue) Rp1,33 triliun.

Sekretaris Perusahaan Smartfren Ade Rusmanta mengatakan rights issue akan dilakukan emiten berkode saham FREN itu selepas penggabungan nominal saham (reverse stock) 20:1.

Rencana penerbitan 13,36 miliar saham baru dengan harga eksekusi Rp100 itu tertuang di dalam prospektus perseroan di situs Bursa Efek Indonesia hari ini, 29 Desember 2011.

Pelaksanaan rights issue setelah reverse tock biasanya kurang populer bagi pemegang saham publik karena porsi kepemilikannya di perusahaan akan dipaksa berkurang.

Saham baru itu akan diklasifikasikan dalam kelompok seri C yang akan segera dibentuk emiten penyedia jasa komunikas berbasis CDMA tersebut setelah melakukan reverse stock pada akhir Januari.

Perseroan berniat menggelar reverse stock dan akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk meminta persetujuan investornya untuk reverse stock pada 12 Januari tahun depan.

Penggunaan dana
Sebanyak 75% dari dana rights issue, atau senilai Rp1 triliun, akan digunakan untuk melunasi utang dan sisanya untuk modal kerja.

Namun, tidak dijelaskan terinci rencana pelunasan utang yang akan dilunasi perseroan melalui rights issue tersebut.

Perseroan juga belum menentukan pembeli siaga di dalam penerbitan saham baru itu.

Perusahaan memprediksi investor saham yang tidak mengeksekusi haknya dalam rights issue akan terdilusi kepemilikannya sebesar 66,7%.

Perseroan akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 30 Januari tahun depan untuk memuluskan rencana rights issue tersebut.

Rugi usaha naik 138%
Meskipun kaya akan rencana ekspansi, Smartfren baru melaporkan rugi usaha sepanjang 9 bulan pertama tahun ini sebesar Rp1,55 triliun, naik 138,4% dari rugi usaha periode yang sama tahun lalu sebesar Rp653,7 miliar.

Laporan keuangan kuartal III/2011 perseroan yang baru dipublikasikan pekan ini menunjukkan turunnya rugi usaha berimbas pada kenaikan rugi bersih sebesar 48% menjadi Rp1,55 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,05 trilliun.

Meskipun demikian, perseroan berhasil mencetak kenaikan pendapatan hingga 136,6% menjadi Rp688,9 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp290,8 miliar.

Jual menara Rp398 miliar
Perusahaan baru mengumumkan penjualan 705 menara telekomunikasinya senilai Rp398 miliar pekan ini.

Penjualan infrastruktur menara dilakukan emiten yang dipimpin Rodolfo Pantoja itu kepada PT Inti Bangun Sejahtera.

Dari sebanyak 705 menara itu, perseroan memiliki sendiri sebanyak 178 menara dan 527 merupakan kepemilikan melalui anak usahanya yang bernama PT Smart Telecom.

Smart Telecom menjadi anak usaha Smartfren setelah aksi backdoor listing Grup Sinar Mas terhadap emiten tersebut melalui skema rights issue pada akhir tahun lalu.

Dalam laporan keuangan perusahaan yang baru dipublikasikan pekan ini, perusahaan mengumumkan dana penjualan menara akan diterima tunai sebelum akhir tahun ini.

Monday, December 26, 2011

Smartfren tegaskan rencana reverse stock

BI/market
27/12/2011
Irvin Avriano A.
Bisnis Indonesia

Smartfren tegaskan rencana reverse stock

JAKARTA: PT Smartfren Telecom Tbk, emiten telekomunikasi yang baru diambil alih Grup Sinar Mas, menegaskan kembali niat menggabungkan nilai nominal sahamnya (reverse stock).

Hal itu disampaikan Sekretaris Perusahaan Smartfren Ade Rusmanta dalam agenda rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan digelar pada 12 Januari.

Pengumuman dilakukan sebagai keterbukaan informasi emiten berkode saham FREN itu kepada Bursa Efek Indonesia hari ini, Selasa 27 Desember 2011.

Namun, perseroan belum mengumumkan rasio atau rencana nominal baru untuk saham perusahaan yang sudah beredar.

Umumnya, reverse stock membuat nilai nominal meningkat tetapi memperkecil jumlah saham yang beredar sehingga menjadi kurang likuid.

Namun, dalam kasus Smartfren, jumlah sahamnya terlampau banyak setelah penerbitan saham baru melalui skema penawaran umum terbatas (PUT/rights issue) pada Januari.

Kurang likuid
Saat ini, saham perusahaan bernominal Rp50 dan masih kurang likuid serta tidak bergerak, terlebih sejak melakukan rights issue senilai Rp3,78 triliun pada awal tahun ini.

Harga saham perusahaan masih stagnan di Rp50 siang ini, level terendah di bursa, dan membentuk kapitalisasi pasarnya Rp5,93 triliun.

Saham perseroan terakhir kali diperdagangkan di atas level terendah itu pada 12 Maret 2010 ketika berada di level Rp51.

Selain agenda reverse stock, perseroan juga berniat membentuk saham baru seri C dengan nominal Rp100.

Perusahaan yang dulunya bernama PT Mobile-8 Telecom Tbk itu juga berniat menambah nominal modal dasarnya menjadi Rp27,77 triliun.

Terakhir kali, perusahaan meningkatkan modal dasarnya menjadi Rp12,6 triliun dari sebelumnya Rp8 triliun pada 19 Oktober 2010.

Emiten yang dipimpin Rodolfo Pantoja itu juga mengagendakan restrukturisasi obligasi wajib konversi dalam RUPSLB itu.

Jual menara
Perusahaan baru mengumumkan penjualan 705 menara telekomunikasinya senilai Rp398 miliar.

Penjualan infrastruktur menara dilakukan kepada PT Inti Bangun Sejahtera, yang diakui pihak tidak terafiliasi.

Dari sebanyak 705 menara itu, perseroan memiliki sendiri sebanyak 178 menara dan 527 merupakan kepemilikan melalui anak usahanya yang bernama PT Smart Telecom.

Smart Telecom menjadi anak usaha perseroan setelah aksi backdoor listing Grup Sinar Mas terhadap emiten tersebut melalui skema rights issue pada akhir tahun lalu.

Dalam laporan keuangan perusahaan yang baru dipublikasikan hari ini, Selasa 27 Desember 2011, perusahaan mengumumkan dana penjualan menara akan diterima tunai sebelum akhir tahun ini.

Wednesday, December 21, 2011

Panax-Molten perpanjang pendanaan A$11 juta proyek Indonesia


Panax-Molten perpanjang pendanaan A$11 juta proyek Indonesia 

BI/market
12/12/2011
Irvin Avriano A.
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Panax Geothermal Ltd memperpanjang kontrak pendanaan senilai A$11 juta untuk proyek pembangkit listrik di Indonesia dengan Molten Power Corp.

Emiten Australia itu berniat membangun pembangkit listrik panas bumi di Indonesia untuk perusahaan Grup Bakrie yang bernama PT Bakrie Power.

Hal itu terungkap di dalam keterbukaan informasi perusahaan berkode saham PAX itu di situs otoritas Bursa Australia hari ini.

Perpanjangan kontrak dilakukan hingga 28 Februari. Sebelumnya, perusahaan berencana mematangkan perjanjian pemegang saham 90 hari sejak diumumkan pada 8 Agustus lalu.

Dari A$11 juta pendanaan, yang setara dengan Rp102,29 miliar, sebanyak A$10 juta akan ditukar dengan 50% saham anak usaha Panax yang bernama Panax Geothermal Singapore No.1, yang membawahi proyek Panax di Indonesia.

Sisanya, yaitu sebesar A$1 juta, akan ditukar dengan saham Panax dalam skema rights issue.

Proyek kerja sama antara Panax dengan Bakrie Power sudah berlangsung sejak 18 bulan sejak Agustus, yang berarti sekurangnya sudah terjalin sejak Februari 2010.

Harga saham perusahaan perusahaan pembangkit listrik kelas menengah di Australia itu stagnan di level A$0,016 siang ini. 

Harga itu membentuk kapitalisasi pasarnya A$7,13 juta, yang setara dengan Rp66,02 miliar. Rerata kapitalisasi pasar sektor migas dan bahan bakar konsumsi di Bursa Australia sebesar Rp3,84 triliun.

Saturday, November 5, 2011

Investor Summit, untuk siapa?

BI/market
4/11/2011
Irvin Avriano A.

Investor Summit, untuk siapa?


Acara di hotel berbintang lima dan tamu bintang tujuh ternyata mampu menghidupkan Investor Summit and Capital Market Expo 2011 di Jakarta belum lama ini. Tak hanya karena venue yang bergengsi yaitu Ritz-Carlton Pacific Place Hotel. Namun, bintang tamu acaranya juga mentereng: menkeu, ketua BKPM, staf ahli Kementerian BUMN, dan ketua Bapepam-LK.

Bintang lain adalah tiga direktur utama self regulatory organization (SRO) yang terdiri dari Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).

Thursday, October 20, 2011

Keterbukaan informasi BEI & sakit mata

Contoh keterbukaan informasi yang bikin sakit mata, terutama kaburnya (benar-benar kabur) angka dan di posisi yang kebetulan justru sangat penting. Apa yang bisa dilakukan Bursa Efek Indonesia?