Thursday, July 5, 2012

Tumpulnya Tanduk Kami (2)


Tumpulnya Tanduk Kami (2) -Uncut and Unrevised Version
(seperti terbit di harian Bisnis Indonesia 26 Juni 2012)

Irvin Avriano A. & Kholikul Alim


“Saya habis fit & proper test,” ujar Ito Warsito kepada dua orang koleganya, seorang eksekutif sekuritas dan praktisi hukum, yang tak sengaja bertemu di tangga lobi Bapepam-LK pada 23 Mei 2012.


Dia dan enam orang lain sudah lolos dari proses seleksi dan segera didaulat menjadi anggota direksi baru PT Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012—2015 dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS) hari ini (27/7/2012).


Ito merupakan bagian dari formasi baru direksi self regulatory organization (SRO) ini. Direksi lain adalah Hoesen, Hamdi Hassyarbaini, Samsul Hidayat, Uriep Budhi Prasetyo, Adikin Basirun, dan Friderica Widyasari Dewi.


Bersama tiga nama terakhir, Ito adalah petahana (incumbent) di direksi BEI, meski dari paket berbeda. Ada tiga paket calon direksi di situ: paket Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas Harry Maryanto Supoyo (Harpoyo), paket Ito, dan paket Direktur Utama PT Danareksa Edgar Ekaputra.


Ito, Hoesen, dan Hamdi berasal dari satu paket. Samsul, Uriep, Adikin, dan Kiki berasal dari paket Harpoyo, tapi sayang tak satu pun calon direksi Edgar yang lolos dari proses fit & properBapepam-LK.


Namun, ekspresi lega Ito di lobi Bapepam-LK tersebut bersambut keriuhan di kalangan sekuritas anggota bursa (AB), terutama mereka yang gagal menduduki kursi bursa, ataupun mereka yang memang mencium keganjilan proses tersebut secara umum.


Seorang direksi AB mengatakan pengumuman setiap paket calon direksi dulu dilakukan secara lebih transparan dengan cara pemanggilan bersama dengan tim sukses. Skor juga diumumkan pada kesempatan itu.


Kini, pengumuman direksi hanya berupa surat pada calon terpilih, dan pengumuman ke publik hanya berupa panggilan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), itu pun pada Senin 18 Juni 2012, dalam surat tembusan BEI bernomor S-7333/BL/2012.


Maklum saja, proses pemilihan kini memang berbeda jauh. Para calon direksi tak lagi dipilih berdasarkan paket, tetapi oleh Bapepam-LK yang sudah memiliki kewenangan super untuk mengubah hasil akhir ‘demokrasi’ SRO tersebut secara otoriter.


Dengan kata lain, berapapun paket calon yang masuk, pada akhirnya hanya Bapepam-LK dan Tuhan yang berhak menentukan hasilnya, dan dalam titik tertentu tahu pertimbangan dan hasil akhirnya.


Inilah yang menjadi keprihatinan anggota bursa. Tanduk mereka sebagai ‘banteng’ pasar modal di BEI kian tumpul tatkala merapat ke kandangnya, Lapangan Banteng. AB tak lagi bisa menyalurkan aspirasi mereka soal direksi melalui RUPS.


Seorang pelaku pasar mengatakan, apapun alasan dan pertimbangannya, penentuan hasil akhir pemilihan direksi BEI yang diambil-alih Bapepam-LK akan mengubah peta hubungan antara otoritas bursa dengan AB.


"Nanti BEI tidak mendekati AB semata, tetapi juga stakeholder pasar modal lain, karena tidak ada obligasi kepada AB yang dulu menjadi pemilih mereka di dalam RUPS," ujarnya.


Suara ICW

Tak kurang, Indonesia Corruption Watch (ICW) yang selama ini relatif jauh dari dunia pasar modal tiba-tiba bersuara lantang, dengan menyebarkan siaran pers tentang adanya dugaan ketidakberesan pemilihan direksi BEI.


Rilis yang dikirimkan pada 14 Juni itu juga terkesan kesiangan, terlambat beberapa hari karena pengumuman direksi sudah dilakukan kepada calon terpilih pada 13 Juni.


Surat elektronik tersebut juga hanya menghantam calon direksi dari paket Harpoyo dengan mengungkit masalah IPO PT Krakatau Steel Tbk dan PT Garuda Indonesia Tbk, mengritik salah satu calon dari internal Bapepam-LK, dan menyeret-nyeret soal kedekatan calon dengan ketua Kadin.


Namun, yang mungkin perlu dibaca Ito dari rilis itu adalah program pengembangan pasar, terutama produk investasi pasar modal yang generik dan masal—yang nilainya, menurut ICW ditaksir sebesar Rp150 miliar selama 3 tahun terakhir.


Ide serupa soal pengembangan produk itu juga pernah diutarakan Prihatmo Hari, Direktur PT Danareksa Investment Management yang mengatakan reksa dana dan investasi ritel merupakan pintu masuk yang tidak boleh terlupakan di pasar modal.


“Di negara lain seperti Malaysia dan India bujet-nya sangat besar untuk pengembangan produk sejenis. Kami berharap pengembangan pasar reksa dana oleh direksi BEI yang baru akan lebih besar lagi,” ungkapnya.


Terkait dengan sorotan ICW terhadap bujet, laporan keuangan salah satu self regulatory organization bursa itu menunjukkan laba bersih komprehensif atribusi induknya Rp304,8 miliar tahun lalu, dari pendapatan senilai Rp749,79 miliar.


Yang menarik bukan hanya beban perusahaan, tetapi juga anggaran gaji dan tunjangan sebesar Rp208,95 miliar, yang rasionya mencapai 68,55% terhadap laba komprehensif atribusi induknya.


Dengan kata lain, separuh bersih keuntungan BEI habis terserap untuk membayar gaji eksekutif dan karyawan BEI. Rasio itu masih lebih besar dibandingkan dengan hitungan laporan keuangan empat dari lima emiten berbobot terbesar di sektornya (lihat tabel).


Bahkan, juga masih lebih besar ketimbang rasio gaji pegawai Bursa Singapura (SGX) dan terhadap laba bersih tahun berjalan yang sebesar 36,27%.


Belum lagi laba ditahan BEI yang mencapai Rp1,88 triliun, mengindikasikan upaya memupuk ekuitas perusahaan yang nilainya kini Rp1,92 triliun. Terkait dengan ekuitas, harga saham BEI dan kursi AB yang dilepas senilai Rp15 miliar setelah Juli.


Rilis ICW itu kian menggosok proses politik di pasar modal ini, belum lagi persoalan mengenai perpecahan di tubuh direksi, yang kemudian—menurut prediksi sebagian kalangan— memiliki potensi berlanjut di paket yang baru ini.


Mudah-mudahan prediksi itu dipatahkan dengan hubungan romantis mereka demi menjaga pasar modal Indonesia semakin jaya. (redaksi@bisnis.co.id)



BEI 2011 2010
Gaji per pendapatan 27,86% 26,61%
Gaji per beban usaha 46,93% 51,19%
Gaji per laba bersih tahun berjalan 69,69% 53,09%
Gaji per laba komprehensif atribusi induk 68,55% 52,98%


SGX
Gaji per pendapatan 16,18% 17,34%
Gaji per beban usaha 37,28% 42,52%
Gaji per laba bersih tahun berjalan 36,27% 34,68%
BBCA
Gaji per pendapatan bunga 30,91% 35,12%
Gaji per beban usaha -47,68% -47,47%
Gaji per laba komprehensif atribusi induk 48,31% 51,7%
UNVR
Gaji per pendapatan 4,24% 4,38%
Gaji per beban usaha 15,48% 15,25%
Gaji per laba komprehensif atribusi induk 23,92% 25,48%
ADRO
Gaji per pendapatan 1% 1,03%
Gaji per beban usaha -14,26% -15,05%
Gaji per laba komprehensif atribusi induk 7,18% 11,32%
ASII
Gaji per pendapatan 5,53% 5,73%
Gaji per beban usaha 143,72% 151,32%
Gaji per laba komprehensif atribusi induk 50,6% 51,51%
TLKM
Gaji per pendapatan -12% -10,68%
Gaji per beban usaha 17,12% 15,85%
Gaji per laba komprehensif atribusi induk -77,94% -63,36%



No comments:

Post a Comment